Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2014

PESTISIDA HEWANI

Bahan dan ramuan pestisida hewani tidak sebanyak bahan dan ramuan pestisida nabati. Sampai saat ini hanya urin sapi yang diketahui berkhasiat sebagai pestisida, khususnya untuk pemberantasan penyakit virus dan cendawan. Pengaplikasian urin sapi dapat dilakukan secara tunggal atau dicampur dengan ramuan pestisida nabati. • Ramuan 1 Pestisida ini diaplikasikan dalam bentuk tunggal. Sebelum digunakan, urin sapi tersebut harus diendapkan terlebih dahulu dalam bak terbuka selama dua minggu agar terkena sinar matahari. Setelah itu, urin diencerkan denga 6 bagian air. Selanjutnya, larutan urin sapi ini dapat digunakan untuk pengendalian penyakit bercak cokelat dan blast. • Ramuan 2 Untuk pengendalian bercak coklat dan tungro, urin sapi dibuat dalam bentuk ramuan bersama-sama dengan ramuan pestisida nabati sebagai berikut : ·      Bahan : Urin sapi                      2 liter Daun mimba                1 genggam Daun tembakau           1 genggam Kunyit                     

PESTISIDA NABATI

Penggunaan pestisida sintetis atau kimia banyak menimbulkan dampak negatif baik terhadap jasad sasaran, bukan sasaran bahkan dapat mencemari lingkungan (tanah, tanaman, air dan berbagai komponen ekosistem lainnya), selain tumbuhnya rasa ketergantungan konsumen terhadap pihak produsen. Sejalan dengan hal tersebut pada pengembangan pertanian model yang kami kembangkan “SRI Organik“ adalah bernuansa “EKOLOGIS “ sehingga pemberian masukan yang digunakan sarana usahatani disesuaikan dengan cara pandang ramah lingkungan, Salah satunya metoda pengendalian terhadap beberapa jenis OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) menggunakan bahan-bahan secara alamiah yang dikenal dengan nama pestisida nabati. Dalam upaya pengembangan pestisida nabati di tingkat petani agar mampu dikembangkan diperlukan strategi antara lain : 1. Mudah didapat, bahan baku cukup tersedia , berkualitas, kuantitas dan kontinuitas terjamin, 2. Mudah dibuat ekstrak, sederhana dan dalam waktu yang tidak lama, 3. Kandungan

KOMPOS

Fungsi bahan organik antara lain : 1.  Sebagai sumber bahan makanan (nutrisi) untuk tanaman secara langsung. 2.  Sebagai sumber nutrisi dan energi serangga perombak dan mikro-organisme pengurai. 3.  Pada tahap selanjutnya, biota mengurai tersebut akan menjadi sumber bahan makanan 4.  organisme lain termasuk tanaman. 5.  Memperbaiki aerasi tanah. 6.  Meningkatkan kapasitas menahan air dan kapasitas menahan nutrisi. 7.  Membantu proses nutrisi yang tidak tersedia menjadi tersedia melalui proses fiksasi dan mengurangi keasaman tanah. Tujuan pengomposan adalah untuk memantapkan bahan-bahan organik yang berasal dari bahan limbah, mengurangi bau busuk, membunuh organisme patogen (penyebab penyakit), membunuh biji-biji gulma dan pada akhirnya menghasilkan pupuk organik/kompos yang sesuai dengan tanah. Pengomposan diyatakan selesai bila kompos dalam keadaan matang. Prinsip Pengomposan Untuk mendapatkan kompos yang mempunyai kualitas yang baik, maka dalam pembuatannya me

MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL)

MOL adalah singkatan dari Mikro Organisme Lokal yang artinya cairan yang terbuat dari bahan-bahan alami yang disukai sebagai media hidup dan berkembangnya mikroorganisme yang berguna untuk mempercepat penghancuran bahan-bahan organik atau dekomposer dan sebagai aktivator atau tambahan nutrisi bagi tumbuhan yang sengaja dikembangkan dari mikro organisme yang tersedia sekitar kita. Berdasarkan pengalaman bahan-bahan yang dikembangkan oleh tim pengembang SRI Organik di berbagai daerah di Jawa Barat diantaranya bahan berupa zat yang dapat merangsang pertumbuhan dan zat yang mampu mendorong perkembangan tanaman seperti : Zyberlin, Sitoxinin, auxin dan inhibitor. Adapun bahan yang digunakan untuk mengembangkan (MOL) mikro organisme lokal tersebut : 1. Limbah Hijauan Sayuran / Limbah Dapur Peralatan : · Drum plastik ukuran 200 liter · Plastik transparan 1 m2 Bahan : · 100 kg Limbah Sayuran Hijauan (Kol, Cesin, Vetsay, Mentimun, bayam, kangkung dll), ·  Garam : 5 % dari bera