BPP Kec. Sawangan

Saat mudik lebaran kemarin - ketika mampir di sebuah toko oleh-oleh, pandangan saya tertumbuk pada Bakpia Ubi ungu. Hmm, menarik – perlu dicoba. Ternyata bakpia yang selama ini didominasi rasa kacang hijau mulai semarak dengan berbagai varian rasa, salah satunya ubi jalar. Bahkan tidak hanya bakpia saja, aneka roti dan kue pun sudah mulai memanfaatkan ubi jalar sebagai bahan bakunya. Dengan semakin bertambahnya peran ubi jalar dalam olahan pangan (tidak hanya direbus dan digoreng), dapat menjadikan komoditas ini sebagai salah satu sumber pangan lokal yang dapat berfungsi sebagai alternatif pengganti nasi. Hal ini menjadi penting mengingat betapa beratnya beban yang harus ditanggung dalam upaya peningkatan produksi padi. Alih fungsi lahan, serangan hama, degradasi lahan dan jumlah penduduk yang semakin meningkat merupakan tantangan yang tidak bisa dianggap enteng. Apalagi ketergantungan masyarakat kita terhadap beras sebagai pangan utama. Bukan hal mudah untuk merubah sebuah keb

Sekretariat Kelompok Dusun Gadingsari, Desa Mangunsari, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang merupakan daerah di lereng Gunung Merbabu yang sebagian masyarakatnya adalah petani padi dan terdapat pula petani ikan dengan pengusahaan kolam air tawar yang memanfaatkan pengairan, dengan terpenuhinya aspek teknis melalui tersedianya fasilitas kolam dan sumber air serta infra struktur dan lokasi yang mudah dijangkau. Dalam rangka lebih memanfaatkan lahan – lahan non produktif yang didukung dengan sumber daya alam yamg ada maka pada Tahun 2009 beberapa petani pembudidaya ikan bersepakat membentuk wadah guna lebih meningkatkan kapasitas sdm dan produktivitas usaha.  Wadah tersebut berupa sebuah organisasi kelompok pembudidaya ikan, yang sesuai kesepakatan diberi nama “Kelompok Banyumili” . Adapun sekretariat kelompok berada di Rumah Bp. Fathoni Mahar, Dusun Gadingsari 13/V Desa Mangunsari Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang . Bahkan kelompok ini sudah mempunyai e-mail banyu-mili@y

Beras merupakan salah satu komoditas pertanian yang tidak lekang dimakan zaman. Kebutuhan yang semakin meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk memaksa pihak – pihak yang berkecimpung dibidang pertanian, memeras otak dalam menghadapi tantangan yang dirasa semakin berat. Alih fungsi lahan, perubahan musim, serangan hama, dan degradasi lahan yang kian mengkhawatirkan adalah tantangan yang sudah menghadang di depan mata. Sudah banyak langkah yang ditempuh pemerintah dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas padi. Program SL PTT, SL SRI, SL PHT, subsidi pupuk dan bantuan alat-alat pertanian kepada petani (kelompok tani) adalah contoh konkret yang bisa disebut. Belum lagi program uji varietas unggul baru patut untuk ditambahkan. Berbicara tentang varietas padi unggul, tidak ada salahnya untuk melirik varietas lokal. Kelebihannya sudah barang tentu rasa yang enak dan tingkat adaptasi yang sudah tidak perlu diragukan. Bahkan produktivitasnya pun bisa diandalkan. Namun

D ari Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas disebutkan bahwa Pranata mangsa (bahasa Jawa berarti "ketentuan musim") adalah semacam penanggalan yang dikaitkan dengan kegiatan usaha pertanian, khususnya untuk kepentingan bercocok tanam atau penangkapan ikan. Pranata mangsa berbasis peredaran matahari dan siklusnya (setahun) berumur 365 hari (atau 366 hari) serta memuat berbagai aspek fenologi dan gejala alam lainnya yang dimanfaatkan sebagai pedoman dalam kegiatan usaha tani maupun persiapan diri menghadapi bencana (kekeringan, wabah penyakit, serangan pengganggu tanaman atau banjir) yang mungkin timbul pada waktu-waktu tertentu. Dalam sebuah kesempatan (kalau tidak salah dalam sebuah seminar di Yogyakarta), saya beruntung mendapatkan materi tentang Pranoto Mongso yang dalam hal ini saya sampaikan dengan harapan mudah-mudahan dapat menambah perbendaharaan informasi Anda seputar kegiatan pertanian. No. Nama Bulan (Mangsa) Periode dan Panjang Hari